15 Februari 2004
Keesokan harinya tepat hari minggu tanggal 15 Februari 2004, Aku melakukan kebohongan untuk pertama kalinya pada Ayah. Aku meminta izin untuk pergi ke rumah teman SMP-ku dulu, karena hanya dengan begitulah Aku diizinkan untuk pergi membawa kendaraan sendiri, soalnya keluarga sudah tahu rumah teman-teman SMP-ku itu, yang nggak jauh dari rumah Aku. Padahal Aku sama se-X tidak pergi dengan mereka, tetapi pergi bersama teman-teman SMA yang rencananya kita akan pergi ke pantai Parangtritis,
“baru pulang, dari mana saja??”
Spontan aku jawab “dari Warung Apung, sama teman SMP”
Exspresi wajah Ayah masih sama, membaca koran dan tanpa melihat ke arah-ku sama se-X, dengan polos Aku masuk ke dalam rumah dengan beranggapan kalau kebohongan Aku tidak ketahuaan (Amann…!!). Tiba-tiba bepapasan sama kakak “Kamu kemana ? Tadi siang kakak cari kamu di rumah “Niken” dan “Rahma” tapi kata-nya kamu nggak datang ke rumah dan tidak ada janji pergi bareng”. Tersentak-lah Aku mendengar itu, serasa jantung ini mau keluar, detaknya yang kencang setengah mati sampai tubuh-ku ini serasa tak bertulang, lemas, diam, takut dan dingin itu yang kurasa saat itu juga. Berarti semua kebohongan yang Aku lakukan, Ayah sudah tahu, Aku harus bagaimana nech? (dalam hati ku-berkata). Dalam lamunan-ku, suara ibu terdengar “cepat-lah mandi, nanti bisa sakit”. Langsung membuyarkan lamunan disaat tubuh ini masih berdiri agak gemetaran dan pakaian serta rambut basah, dengan segera Aku masuk kamar mengambil baju ganti dan membungkus rambut dengan handuk kering. Seusai mandi, Aku melihat Ayah duduk diam di ruang keluarga, suara dengan nada lemah tapi tegas intonasinya memanggil-ku “Ayah mau bicara!” (intinya Ayah memanggil Aku ke ruang keluarga). Dengan langkah yang berat dan tak seimbang, Aku menghampiri Ayah dan duduk di kursi (warna merah yang empuk, tapi kenapa buat Aku nggak nyaman) berhadapan di depan posisi duduk Ayah.
Ayah : “Terus terang sama Ayah, sebenarnya kamu pergi kemana dan sama siapa? Jangan coba untuk berbohong sama Ayah..!! Kenapa harus berbohong segala….”
Aku : “Saya….pergi ke Jogja sama teman SMA, karena ada acara perayaan valentine”
Ayah : “Apa kamu sudah punya pacar ??”
Aku : “Apa…. Yah!!”(kaget dan terdiam)
Ayah : “Kalau-pun sudah juga tidak apa-apa, karena sebenarnya Ayah tidak melarang kamu untuk pacaran asalkan sebelumnya mau jujur sama Ayah”
Aku : “Bukan itu alasannya, Yah!, Saya nggak punya pacar…tapi Saya bohong karena jika berkata jujur Ayah tidak mengizinkan-ku untuk pergi ke luar kota bersama teman-teman”
“Saya cuma ingin sebuah kebebasan….seperti anak-anak lain seusia-ku yang dengan bebas bisa pergi dan bermain. Saya sudah besar (maksudnya sudah SMA gitu), biarkan Saya melakukan hal-hal yang diinginkan” T_T (tak terasa air mata-pun mengalir deras di pipi-ku).
Ayah : (diam sejenak)…”Ayah nggak akan marah dan nggak akan melarang kamu, asalkan dari awal kamu jujur sama keluarga.”
“Jadi semua keluarga tidak cemas, Ayah-Ibu dan kakak sehari-an ini mencari kamu…dengan keadaan di luar sana hujan deras dan tak ada kabar dari kamu!! Kami semua takut terjadi apa-apa terhadap kamu di luar sana..,, karena itu-lah Ayah suruh kakak untuk mencari kamu di teman-teman SMP kamu (sesuai dengan izin Aku semula), tapi kenyataannya kamu tidak bersama mereka.”
“Kamu tahu kan! Bagaimana perasaan kami semua…cemas, khawatir tapi mau mencari dimana dan menghubungi siapa??!!”
Aku : “Saya minta maaf…nggak akan tahu kalau kejadiannya akan seperti ini. Saya janji nggak akan mengulangi-nya lagi.”
Ayah : “Ayah nggak akan melarang-larang kamu lagi, asalkan dari awal kamu jujur dan mempunyai alasan yang jelas!”
“Ya sudah sana, kamu makan dulu…Ayah tau dari siang kamu belum makan nanti maag-nya kambuh lagi.”
Sejak obrolan itu, Aku menghampiri meja makan (pastinya untuk makan-lah….) jujur sech dari tadi perut sudah keroncongan ..he..he..he...^V^ . Malam itu semua masalah sudah dianggap selesai, dan di buku harian-lah Aku curhat merangkai kata demi kata……………………………….!!!
“AKU BERJANJI INI ADALAH YANG PERTAMA DAN UNTUK YANG TERAKHIR KALI_NYA. AKU TIDAK AKAN PERNAH MEMBUAT KELUARGA SEDIH”.
Dan ku-tutup lembaran kelam itu, untuk kembali menjalani kehidupan semula menjadi diri-ku sendiri dan meninggalkan semua kegiatan buruk itu. Aku sadar kalau semua ini dilakukan Ayah, karena beliau sayang Aku.
“Maaf-kan Aku, AYAH”