Sahabatku Bukan Kekasihku

Perasaan yang membingungkan dan dihadapkan pada dua pilihan antara kekasihku yang aku cinta dan sahabatku yang aku sayang. Aku Kiran (bukan nama sebenarnya) yang harus mengambil sikap untuk berani memutuskan sebuah pilihan. Sebut saja Putra (bukan nama sebenarnya), kami berteman sejak awal kelas 1 SMA dan bersama anak-anak yang lainnya, hingga kami berenam menjadi kompak.

Saat pertama kalinya kudengar dari seorang teman kalau putra menaruh hati kepadaku lebih dari seorang sahabat. Aku hanya menganggapnya sebagai angin lalu karena mungkin selama ini mereka melihat hubungan aku dengan putra sangat dekat dan akrab. Memang selama ini kami selalu bersama kemanapun, meski dia sangat baik dan care terhadap aku, kenyataannya perasaanku terhada putra hanya sebatas sahabat. Tapi aku juga tidak bisa menutup kemungkinan kalau suatu saat perasaan itu akan berubah. Karena buat aku putra seorang lelaki yang sudah sempurna dilihat dari segi manapun. Yang jelas untuk saat ini hatiku berkata kalau aku dan putra hanya sebagai sahabat tak lebih dari itu.

Saat acara ulang tahun ke-17 th sahabat aku, yaitu sofya (bukan nama sebenarnya) ternyata disitu aku dikenalkan oleh salah satu teman cowoknya sofya. Kita pun berkenalan dan dia menyebutkan namanya Doni (bukan nama sebenarnya). Perkenalan itu berlanjut hingga pesta ulang tahun usai. Keesokan harinya ketika mau berangkat sekolah, doni menjemput ke rumah aku dan mengajak pergi sekolah bersama. Kami memang ternyata satu sekolahan tapi anehnya aku tahu tentang doni baru semalam di pesta ulang tahun sofya. Memang benar kata pepatah kalau dunia ini sempit ya?…hehehehe ^_^. Tiba waktu saat doni mulai menyatakan cinta padaku, saat itu pula aku langsung menerima cinta doni. Karena selama aku jalan bersama doni, aku merasa perasaan nyaman dan aku juga mulai jatuh cinta padanya. Dan kami pun resmi pacaran dan semua makhluk-makhluk di sekolahan pun tahu, tak terkecuali putra sahabatku.

Setelah aku pacaran dengan doni, aku merasa kalau hubungan aku dengan putra semakin menjauh. Ini hanya perasaanku saja atau memang putra sengaja menghindari aku, tapi kenapa? Bukankah selama ini kita sudah menjadi sahabat baik bahkan sebelum doni hadir dalam kehidupan aku. Kucoba untuk bertanya kepada putra, tapi dia hanya berkata kalau nggak ada yang berubah dari aku, kamunya saja yang berubah dan sekarang jarang main lagi dengan aku maupun teman-teman yang lain karena kamu lebih fokus jalan bareng dan meluangkan waktu bersama pacar kamu itu. Mendengar pernyataan putra aku menjadi semakin bersalah dengan teman-teman dan putra khususnya, aku merasa kalau aku sudah membuang mereka dalam hidupku dan hanya mementingkan diri sendiri. Padahal selama ini mereka dan terutama putra selalu ada buat aku, dikala aku senang maupun sedih. Aku memang jahat, karena bersikap seolah-olah kacang lupa akan kulitnya. Aku pun minta maaf dengan mereka dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

Tapi masalah menjadi sangat rumit ketika doni mulai mencurigai hubungan aku dengan putra tak sewajarnya sebagai seorang sahabat. Karena disetiap aku dan doni bertengkar, aku selalu lari ke putra dan menangis di hadapannya. Menurut aku itu wajar karena selama ini putra selalu menjadi tangan kanan aku dalam menghadapi berbagai masalah. Putra selalu bisa menenangkan hati dan pikiranku dengan berbagai saran yang dia berikan selama ini. Gara-gara itu doni cemburu pada putra. Itu yang membuat aku kecewa pada doni, dan doni semakin yakin dengan argumentasi dia saat mendengar cerita masa lalu aku dan putra yang pernah digosipkan pacaran. Jujur selama ini aku memang bergantung pada putra hingga perasaan sayang itu muncul. Semakin dibuat bingung oleh perasaan sendiri. Kenapa aku merasa tidak bisa hidup tanpa putra tapi hati aku masih sangat mencintai doni.

Kesalahan sudah kubuat tapi akankah aku bisa memperbaiki situasi ini? Aku bingung mana yang harus aku pilih antara doni dan putra, doni adalah kekasih aku yang sangat kucinta meski dia sering membuatku kecewa tapi dia adalah cowok yang baik dan pengertian, sedangkan putra adalah sahabat aku yang selalu perhatian dan aku sayang dengannya hingga aku nggak ingin kehilangan dia. Dimana saat putra jujur pada hatinya dan berkata kalau selama ini dia menyimpan perasaan cinta pada diriku, tapi dia nggak berani untuk mengunggkapkannya karena takut kalau aku marah terhadapnya. Putra pun cemburu saat mendengar aku dan doni pacaran. Dan terus coba menahan diri ketika melihat aku dan doni bersama. Aku tak kuasa mendengar itu semua dari mulut putra. Aku semakin merasa bersalah kepadanya, karena secara tak sengaja aku telah menyakiti hati sahabat aku sendiri. Ternyata dihadapanku ada cowok yang benar-benar tulus cinta padaku hingga sampai saat ini, meski aku sudah menjadi milik orang lain. Tapi bagaimanapun juga aku harus cepat mengambil keputusan dan tidak boleh mendiamkan masalah ini sampai berlarut-larut karena akan banyak hati yang terluka.

Setelah cukup lama introspeksi diri, keputusan sudah aku ambil. Aku sayang pada putra dan dia sudah menjadi tangan kananku yang sudah menemani perjalanan hidupku ini karena sampai kapan pun putra adalah sahabat yang nggak akan pernah berakhir. Sedangkan doni adalah kepingan hatiku yang selama ini aku cari dan berharap dia bisa selalu menemani perjalanan cintaku ini karena sampai kapan pun doni adalah kekasih yang terakhir dalam hidupku.