Pesan terakhir dari sahabatku Adelina. Ternyata sebelum dia menerima takdirnya untuk pergi meninggalkan dunia selamanya, dia memberikan sebuah diari untuk aku.

Terakhir aku bertemu adel saat liburan di bulan oktober 2009, pada saat itu aku nggak pernah menyangka kalau itu pertemuan terakhir kita. Saat itu tidak ada hal aneh dari sikap adel maupun firasat, ya…pertemuan itu seperti biasa saja nggak merasakan adanya hal-hal ganjil. Kita ngobrol, curhat ini itu, jalan-jalan tapi sayang kita nggak melakukan hal yang biasa kami lakukan yaitu berfoto. Kami memiliki kebiasaan yang sama, kalau pergi kemanapun pasti kita wajib untuk foto-foto buat dukementasi pribadi aza sech. Atau mungkin itu merupakan sebuah pertanda tapi kami berdua tidak pernah menyadarinya.

Adel adalah sahabat aku sejak kami duduk di bangku TK, kami bersahabat 4 orang yaitu, Adel, Nita, Prisci dan Aku sendiri. Semua sudah seperti saudara bukan hanya sekedar teman, meski kita berempat berpisah setelah lulus SD tapi kita selalu menjalin komunikasi hingga saat ini. Tapi diantara mereka, aku lebih dekat dengan adel. Karena sifat aku yang dulu sangat tertutup, hanya dengan adel aku bisa bercerita dan percaya dengannya. Meski diluar sana aku banyak memiliki teman dari SMP hingga Kuliah, tetap aza susah untuk menjatuhkan hati dan kepercayaanku selain kepada adel. Tidak dipungkiri kalau aku dengan adel sering sekali berselisih paham dan bertengkar, saking seringnya mungkin itu yang membuat aku nyaman untuk curhat padanya. Karena kami berdua saling memahami karakter satu sama lain. Hanya dia sahabat aku yang pernah menampar aku dengan keras di pipi (meski tamparannya keras, tapi aku nggak merasa sakit atau marah dengan adel?), satu-satunya sahabat yang bisa mengendalikan kekalutan aku dan mampu menyadarkan aku tentang pentingnya hidup ini saat aku rapuh dan putus asa.

Tapi sekarang adel sudah pergi dan tak akan pernah kembali, aku sangat kehilangan padahal dulu dia pernah berjanji kalau dia akan selalu berada disamping aku untuk membantu dan menjadi tempat curhat. Dia bohong…dia ingkar janji, aku benci dia! (perasaan aku saat itu yang aku rasakan saat mendapat kabar tentang kematian adel).

Adel dulu pernah mengalami kecelakaan mobil, tapi tidak parah dan hanya shock aza. Setelah beberapa tahun kejadian itu adel sering merasakan sakit di dadanya. Setelah dicek dan di rotgen ke dokter ternyata tulang paru-parunya ada yang retak. Mungkin akibat benturan dengan stir mobil yang sangat keras. Adel nggak pernah bercerita ke siapapun terutama keluarganya, mungkin dia nggak ingin mengkhawatirkan keluarganya. Baru ketahuan saat adel sering batuk dan muntah darah akhir-akhir ini. Selalu menangis kesakitan menahan nyeri di dadanya. Karena tidak kuat lagi, keluarganya pun kaget melihat keadaan adel dan membawa ke rumah sakit dan baru disitulah keluarganya tahu hal sebenarnya yang menimpa adel. Menurut penjelasan dokter karena tulang paru-parunya retak, sehingga terjadi penyubatan aliran pembuluh darah disekitar organ paru-paru dan jantung. Sedih bukan main perasaan keluarganya, akupun bisa merasakannya.

Tapi kenapa aku harus tau cerita itu setelah pemakaman adel selesai. Sahabat macam apa aku ini, yang selalu ada buat dia tapi nggak bisa merasakan penderitaan yang dia sembunyikan selama ini. Dan kenapa adel nggak mau jujur pada aku, bukankah aku sahabatnya? Dulu kita pernah berjanji untuk saling terbuka satu sama lain dan tidak ada hal yang disembunyikan diantara kita…!!

Setelah pemakaman dilakukan, mama adel memberi aku sebuah buku diari milik adel tak terkecuali nita dan prisci yang kata mamanya “ini pesan terakhir dari adel”. Setelah kami bertiga buka dan ingin mengetahui pesan apa yang dituliskan oleh adel untuk kita, nita dan prisci hanya melihat kumpulan foto-foto kita berempat yang dia tempel di buku harian. Sedangkan buku diari yang aku pegang tidak ada isinya dan hanya kertas putih tanpa goresan tinta tetapi di lembar terakhir buku harian tertulis sepenggal kata “Aku terlahir dengan cinta dan aku mati dengan cinta pula”. Jujur… aku sampai sekarang nggak pernah mengerti maksud dari kalimat tersebut, yang membuat aku bingung kenapa adel memberi aku pesan yang berbeda dengan yang lainnya, nita dan prisci.

Selamat jalan sahabat, kamu akan terus hidup di hatiku dan tetap menjadi curahan segala cerita hidup aku. Aku percaya kamu disana akan bahagia, karena kami disini akan selalu mengenangmu dengan cinta. Terima kasih sudah memberi warna dalam hidup aku ^__^